Minggu, 23 April 2017

Selalu ada kesatria di tengah umat Islam

ikhlaaas
Oleh : Ust Choirul Anam

Suatu hari, Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuatu. Tiba-tiba datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka. Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata :
“Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!”
“Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini !”.
Umar segera bangkit dan berkata : “Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda?”
Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata : “Benar, wahai Amirul Mukminin.”
“Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.”, tukas Umar.
Pemuda lusuh itu kemudian memulai ceritanya :
“Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, ku ikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia (unta). Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku,

Kamis, 13 April 2017

Rabi'ah ar Ra'yi

ikhlaaas

”Manakah yang lebih baik dan kau sukai antara uang 30.000 dinar atau ilmu dan kehormatan yang telah dicapai putramu?(Ummu Rabi’ah)

Rabi’ bin Ziyad al-Haritsi adalah gubernur khurasan, pembebas Sajistan dan seorang panglima pemberani. Setelah berhasil membebaskan negeri Sajistan, Rabi’ bin Ziyad bermaksud menyempurnakan kemenangannya dengan menaklukan negeri dibelakang sungai Seyhun. Kali ini ia didampingi seorang anak buahnya bernama Farukh. Atas izin Allah, Rabi’ bin Ziyad dan pasukannya berhasil memenangkan pertempuran. Namun dua tahun setelah keberhasilannya itu, maut menjemputnya. Dia kembali kepada Allah dengan tenang.

Adapun Farukh, kembali ke madinah, dalam usia yang masih muda sekitar 30 tahun. Ia membeli sebuah rumah yang sangat sederhana dan menikah dengan seorang gadis pilihannya. Ia merasakan kebahagiaan yang selama ini diimpikannya. Rumah tinggal yang nyaman dan istri yang shalihah. Namun, semua itu tak mampu meredam kerinduannya untuk berjihad di jalan Allah.

Suatu hari, seorang khatib jum’at memberi kabar gembira tentang