Suatu hari, Umar sedang duduk di
bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang
asyik mendiskusikan sesuatu. Tiba-tiba datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi
seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka. Ketika sudah berhadapan dengan
Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata :
“Tegakkanlah keadilan untuk kami,
wahai Amirul Mukminin!”
“Qishashlah pembunuh ayah kami
sebagai had atas kejahatan pemuda ini !”.
Umar segera bangkit dan berkata :
“Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak
muda?”
Pemuda lusuh itu menunduk sesal
dan berkata : “Benar, wahai Amirul Mukminin.”
“Ceritakanlah kepada kami
kejadiannya.”, tukas Umar.
Pemuda lusuh itu kemudian memulai
ceritanya :
“Aku datang dari pedalaman yang
jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan
di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, ku ikat untaku pada sebuah pohon
kurma lalu kutinggalkan dia (unta). Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat
seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku,

